Oleh: Gian Cordana Sanjaya
Dulu, ketika saya masih SMP, saya hampir tidak tau apa-apa tentang lomba yang namanya IMO. Ya, yang saya pernah ketahui hanyalah Indonesia sampai saat itu hanya sekali dapat emas di tahun 2013 dan isu bahwa kalau menulis 2 solusi berbeda untuk satu soal, maka dari dua solusi tersebut diambil yang nilainya lebih kecil.
Nah, perjalanan saya di olimpiade matematika SMA dimulai sejak OSN SMA tahun 2015, dan saya ikut ketika masih SMP. Sejak OSK, tipe soal yang diberikan berbeda dengan jenjang SD maupun SMP. Bahkan penulisan solusi uraian pun, sangat berbeda dengan jenjang sebelumnya. Kita harus menuliskan bukti dari hampir setiap hal yang kita temukan, selain beberapa teorema yang diketahui secara umum, jadi tidak boleh hanya berdasarkan pengamatan saja. Tentu saja karena masih SMP saat itu, saya cukup kewalahan ketika mengerjakan soal uraian OSP dan OSN. Namun, atas berkat dari Tuhan yang Maha Esa, saya masih mendapatkan medali perunggu, meskipun sebenarnya perunggu ke 10, dari 15 medali perunggu.
Meskipun begitu, OSN bukan akhir dari segalanya, dan disini maksud saya adalah masih ada lanjutannya. Para medalis OSN Matematika yang totalnya 30 orang dipanggil untuk ikut seleksi menuju IMO tahun berikutnya, dalam 4 tahap. Di tahap 1, saya belajar lumayan banyak materi baru dan sejujurnya, saya sangat terbantu oleh pelatnas ini. Dengan jauh berkembangnya ilmu saya ketika di tahap 1 ini, saya bisa mengerjakan soal tes tahap 1 dengan baik dan menjadi satu dari 15 peserta yang lolos tahap 2.
Selanjutnya, di tahap 2, selain 15 orang tersebut, ada veteran tahun sebelumnya yang bergabung juga. Persaingan semakin ketat dan materi serta soal tes yang diberikan juga jauh lebih susah. Bahkan, di tahap ini dan tahap 3, ada tes yang bobotnya lebih besar dari biasa. Saya pun belajar dengan lebih baik agar bisa lolos sampai ke IMO 2016. Meskipun saya sedikit kewalahan mengerjakan soal tesnya, saya dapat lolos sampai ke IMO 2016. Kenyataannya, di tahap 3, soal simulasi justru seakan menjadi penolong saya ketika hasil tes saya kurang baik, dan saya sendiri cukup kaget ketika dinyatakan lolos. Di tahap 4, tidak ada seleksi lagi, hanya pembinaan menjelang IMO. Materi dan latihan yang diberikan levelnya setara soal IMO, sehingga saya terkadang kesulitan menyelesaikannya. Namun, saya memperoleh ilmu baru lagi berkat pembinaan sehingga saya siap mengikuti IMO 2016.
Sebenarnya, saat IMO, kami tidak hanya mengerjakan soal, tetapi kami juga dapat acara jalan-jalan ke berbagai tempat bersejarah di negara tersebut. Ekskursi ini dilaksanakan setelah tes, sehingga kami bisa mengalihan pikiran kita dari soal-soal tes. Selain itu, kami bisa berkenalan dengan peserta IMO dari negara lain juga. Ketika saya mengerjakan soal tes IMO, saya sendiri seperti merasakan hal yang berbeda dibandingkan ketika latihan ataupun tes selama pelatnas. Saya sendiri hanya berharap mendapatkan medali perunggu ketika itu, karena soal yang diberikan sangat susah. Namun, puji syukur, saya berhasil membawa pulang medali perunggu untuk IMO 2016.
Perjalanan saya belum berakhir di situ, karena saya dipanggil lagi ke tahap 2 tahun berikutnga. Sebagai veteran, maka di pelatnas tahun 2017, poin saya dipotong 15%. Potongan tersebut cukup berat bagi saya, apalagi kemampuan geometri saya ketika itu masih buruk. Namun, saat itu juga saya benar-benar senang dengan bidang aljabar. Bidang ini pula yang membantu saya lolos sampai kembali ketika IMO 2017 ketika kemampuan geometri saya termasuk salah satu yang paling rendah di antara anak-anak se-pelatnas; faktanya ada satu soal di tes tahap 3 dimana dari 11 peserta pelatnas, 10 orang dapat menyelesaikannya dan 1 orang tidak dapat. Bisa ditebak siapa yang gagal menyelesaikannya.
Ketika IMO 2017, saya memasang target untuk mendapat minimal perak agar perolehan saya meningkat dari tahun sebelumnya. Meskipun kemampuan saya di geometri masih kurang ketika itu, saya masih beruntung dapat menyelesaikan satu soal geometri yang diberikan. Kemampuan aljabar saya juga sangat membantu saya sehingga dapat menyelesaikan soal nomor 2 di hari pertama, sehingga saya berhasil mencapai target saya, yaitu medali perak. Selain pengalaman ketika mengerjakan soal, IMO 2017 juga berkesan bagi saya karena acara ekskursi yang kami lakukan sangat menarik. Tahun itu, saya juga dapat berkenalan dengan lumayan banyak peserta dari berbagai negara.
Di tahun terakhir saya mengikuti IMO, yaitu tahun 2018, saya lebih banyak berusaha meningkatkan kemampuan saya di bidang geometri, dan secara umum mencoba meningkatkan kemampuan saya secara keseluruhan. Ketika saya mendengar bahwa tahun ini Indonesia mengikuti RMM untuk pertama kalinya dan saya dipilih sebagai salah satu peserta, saya cukup senang karena dengan demikian saya dapat berlatih dengan lebih keras untuk meratakan kemampuan saya di seluruh bidang. Karena negara peserta RMM berasal dari negara-negara yang kuat di IMO, kami hanya bisa berharap yang terbaik. Setelah mendapatkan medali perunggu di RMM, saya menjadi termotivasi saat pelatnas IMO 2018, dan berkat pelatihan selama RMM pula, saya dapat mengerjakan tes dengan baik selama tahap 2 dan tahap 3 dengan baik, dan saya terpilih lagi menjadi anggota tim Indonesia untuk IMO 2018, dengan kemampuan yang sudah cukup baik di masing-masing bidang, sehingga saya yakin saya dapat mengerjakan 4 dari 6 soal ketika IMO.
Saat tes IMO berlangsung, tidak seperti tahun-tahun biasanya, saya tidak terlalu tegang ketika melihat soal. Syukurlah, saya bisa mengerjakan soal dengan lancar dan menyelesaikan soal pertama dan kedua di masing-masing hari. Namun, saya mendapat kejutan besar ketika diberitahu bahwa saya mendapatkan poin 3 di soal nomor 3. Saya sudah sangat senang karena dengan poin tersebut, peluang saya mendapatkan emas meningkat. Setelah pulang dari ekskursi hari kedua, kami sempat mencoba mengecek web IMO untuk melihat perolehan kami di IMO 2018. Setelah saya melihat, saya sangat bahagia sampai ingin menangis. Berkat bimbingan dari para dosen dan asisten pembina, dukungan dan doa dari berbagai pihak, terutama pihak orang tua dan sekolah, serta atas berkat dan rahmat Tuhan yang Maha Esa, tim Indonesia berhasil mencapai peringkat 10 dan saya berhasil mendapatkan medali emas.
Pencapaian tim Indonesia tahun ini memang merupakan sesuatu yang dapat kami banggakan dan merupakan perolehan yang tidak kami sangka, namun saya yakin tahun-tahun berikutnya Indonesia akan konsisten berada di peringkat atas untuk IMO, dan banyak medali emas yang akan disumbangkan ke Indonesia. Banyak bibit unggul yang siap untuk memecahkan rekor-rekor baru tim Indonesia. Untuk itu, saya berharap untuk adik-adik yang mengikuti OSN agar serius dalam belajar dan mengerjakan soal. Bagi yang mendapat medali OSN, kalian patut berbangga, tapi ingat bahwa pencapaian kalian tidak akan mungkin kalian raih tanpa dukungan dari berbagai pihak, dan pelatnas bisa menjadi kejutan yang memutarbalikkan hasil kalian. Belajarlah dengan baik selama pelatnas, jangan menyerah, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa untuk mencapai hasil sebaik mungkin.
Terakhir, saya akan membagikan sedikit tips untuk mendapatkan poin yang cukup besar. soal nomor 3 dan 6 di IMO. Soal-soal tersebut umumnya memiliki cara penyelesaian yang tidak terlalu umum. Jadi, cobalah lebih kreatif dalam mencari fakta-fakta yang bisa membantu menyelesaikan soal. Jika ada fakta yang dirasa bagus, coba buktikan dan tulis dalam lembar jawaban. Sebenarnya, soal nomor 3 tahun 2018 adalah soal dengan jawaban ya atau tidak. Saya menjawab ya, namun ternyata jawaban yang benar adalah tidak. 3 poin itu saya raih dari menulis sesuatu yang ternyata sangat sesuai dengan solusi dan dapat dilanjutkan untuk membuktikan bahwa jawabannya tidak. Saya bahkan tidak tahu bahwa apa yang saya tulis itu ternyata merupakan salah satu ide utama penyelesaian nomor 3 (mungkin karena saya bersikeras menjawab ya). Namun, saya tetap menuliskan fakta tersebut di lembar jawaban beserta buktinya, karena menurut saya waktu itu, siapa tau jawaban yang benar adalah tidak dan fakta tersebut membantu.
Untuk pemantapan terakhir sebelum mengikuti International Mathematical Olympiad di Cluj-Napoca, Rumania pada tanggal 4-14 Juli 2018, Tim Olimpiade Matematika Indonesia 2018 melakukan pelatihan tahap 4 di hotel Dago’s Hill Bandung.
TOMI 2018 kali ini terdiri dari
- Gian Cordana Sanjaya
- Valentino Dante
- Farras Hibban Faddila
- Kinantan Arya Bagaspati
- Alfian Edgar
- Otto Alexander Sutianto
yang didampingi oleh Aleams Barra sebagai Team Leader, Hery Susanto sebagai Deputy Leader, Fajar Yuliawan sebagai Obsever A dan Fonda Ambitasari sebagai Observer B.